Kesusastraan Zaman Edo (1603–1868)
Zaman edo (江戸時代) sering disebut sebagai zaman modern di Jepang. Zaman ini berlangsung
selama 264 tahun yang dimulai dari tahun 1603 sampai dengan tahun 1868. Periode Edo dimulai dengan Tokugawa Ieyasu yang membangun keshogunan Tokugawa di wilayah Edo setelah pertempuran Sekigahara. Lalu pada tahun 1868 zaman Edo berakhir ketika kekuasaan shogun dikembalikan kepada kaisar.
Kesusastraan zaman Edo berkembang karena munculnya golongan “町人Chounin” yaitu masyarakat kota yang juga berasal dari golongan pedagang atau “商人Shounin”. Golongan chounin umumnya menyukai karya sastra. Setelah kebutuhan primer mereka terpenuhi mereka senang menacri hiburan lain, salah satunya adalah karya sastra.
Sastra semakin berkembang di periode Edo karena kondisi politik, sosial, dan ekonomi masyarakatnya cenderung stabil. Hal itu menyebabkan lahirnya karya sastra yang menggambarkan kehidupan mereka. Lalu pemahaman masyarakat tentang membaca juga meningkat seiring dengan meluasnya pendidikan umum untuk masyarakat ditambah dengan dikembangkannya mesin cetak sehingga akses terhadap karya sastra semakin mudah.
Penggolongan kesusastraan pada zaman Edo dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
- Kamigata yang berpusat di Kyoto yang merupakan masa awal, yaitu masa yang terdiri dari masa pencerahan tahun Keichoo dan tahun Kanbun, dan masa perkembangan sekitar tahun Genroku.
- Masa akhir yang terbagi atas masa kebangkitan dari tahun An ei dan tahun Tenmei, dan masa kematangan dari tahun Bunka sampai tahun Bussei.
Pada tahun Bunka dan Bunsei perhatian masyarakat berganti pada buku Yomihon yang memiliki aliran kanzenchooaku (membela kebaikan dan menghukum kejahatan).
Beberapa sastrawan yang terkenal pada zaman Edo antara lain:
- Ihara Saikaku
Ihara Saikaku adalah seorang penulis dan penyair di abad ke 17. Sejak usia 15 tahun, ia mengarang Haikai no Renga. Di umur ke 20 tahun ia menjadi seorang guru haikai. Lalu ia mengembangkan gaya tulis khasnya sendiri dan banyak menulis tentang kehidupan chounin.
- Chikamatsu Monzaemon
Chikamatsu Monzaemon adalah seorang pengarang dan penulis sandiwara Jepang jōruri, teater boneka (bunraku), dan drama aktor langsung (kabuki).
- Matsuo Basho
Matsuo Basho adalah seorang penyair Jepang di abad ke 17. Ia dikenal sebagai penciptai haiku terbesar, dengan bentuk puisi 5–7–5 suku kata. Di Edo pada tahun 1678 ia memenuhi kualifikasi sebagai master Haiku (Sosho) dan memulai hidup sebagai penyair profesional.
Karya sastra yang berkembang pada zaman Edo adalah Kana Zoushi, Ukiyoozooshi, Ningyo Joruri (Bunraku), Kabuki, Kayo, Kokugaku, Kusazoshi. Di zaman ini pula, kabuki dan Joururi mencapai masa kejayaannya.
Berikut ini adalah penjelasan dari jenis sastra pada zaman pramodern Jepang:
- Novel
- Kanazooshi
Kanazooshi adalah jenis novel tentang lelucon yang didalamnya diisi dengan sindiran. Novel ini ditujukan untuk masyarakat kelas menengah kebawah sehingga ditulis dengan huruf hiragana. Karya-karya yang terkenal antara lain
- Tookaidoo Meishoki
Merupakan karya dari Asai Ryoui yang menceritakan tentang tempat-tempat terkenal selama perjalanannya sepanjang Tookaidoo (Tokyo-Osaka)
- Nining Bikuni
Merupakan karya dari Suzuki Shousan yang menceritakan tentang pendidikan moral.
- Ukiyoozooshi
Ukiyoozooshi adalah jenis Novel yang bercerita tentang kehidupan para Chounin yang mempunyai ekonomi kuat lalu gemar bersenang-senang. Karya-karya yang terkenal antara lain:
- Koshoku Ichidai Otoko
Koshoku Ichidai Otoko merupakan karangan dari Ihara Saikaku. Novel ini bercerita tentang laki-laki penggemar wanita yang mencerminkan realitas keborosan hidup para Choonin.
- Seken Mutsuko Katagi
Seken Mutsuko Katagi merupakan karya dari Ejima Kiseki. Novel ini bercerita tentang sifat dan karakter manusia.
- Kusazooshi
Kusazooshi merupakan buku cerita yang berisikan gambar-gambar. Ada 2 jenis kusazooshi yaitu untuk anak-anak dan dewasa. Untuk anak-anak contohnya Akabon, Aobon, kurobon. Untuk dewasa contohnya Kibyooshi dan Gookan. Karya-karya yang terkenal antara lain:
- Kinkin Sensei Eiga no Yume
Kinkin Sensei Eiga no Yume merupakan karangan dari Koikawa Harumachi. Bercerita tentang seorang guru yang tinggal di desa bernama Kinkin. Ia merasa susah dan bosan tinggal di desa lalu memutuskan untuk pergi ke Edo.
library.metro.tokyo.lg.jp
- Nise Murasaki inaka Genji
Nise Murasaki inaka Genji merupakan karya dari Ryuutei Tanehiko. Karya ini merupakan salah satu karya dari jenis Gookan yang digemari pada zaman Edo.
- Yomihon
Yomihon merupakan sebuah karya sastra yang penulisannya banyak mendapat pengaruh dari China. Yomihon merupakan bentuk dari cerita bergambar yang berkembang di Kyoto dan Osaka. Yomihon biasanya bercerita tentang hal supranatural atau cerita tentang setan. Karya-karya yang terkenal antara lain:
- Ugetsu Monogatari
Ugetsu Monogatari merupakan karangan dari Ueda Akinari. Karya ini bercerita tentang dunia arwah dan roh.
- Nanso Satomi Hakkenden
Nanso Satomi Hakkenden merupakan karya dari kyokutei Bakin. Novel ini bercerita tentang 8 anak muda yang saling berhubungan di dunia lain.
- Sharebon
Sharebon merupakan buku bacaan yang berlatar tentang tempat prostitusi/hiburan dan aktivitas di tempat tersebut. Pengarang terkenal dari Sharebon adalah Santō Kyōden dengan beberapa karyanya yaitu Musukobeya dan Tsūgen Sōmagaki.
- Ninjoobon
Ninjoobon bercerita tentang kehidupan percintaan para pedagang dan kebiasaan masyarakat sehari-hari. Karya-karya yang terkenal antara lain:
- Shunshoku Umegoyomi
Shunshoku umegoyomi merupakan novel ciptaan Tamenaga Shunsui. Novel ini bercerita tentang seorang lelaki tampan yang diperebutkan oleh banyak wanita, tetapi ia tidak mengerti tentang wanita.
- Kokkeibon
Kokkeibon merupakan sebuah buku atau cerita humor. Isinya menceritakan tentang lelucon yang bersifat umum dengan memainkan peran kata-kata sehingga sering disebut humor rendahan. Beberapa karya Kokkeibon antara lain:
- Tōkaidōchū Hizakurige
Tōkaidōchū Hizakurige adalah sebuah komik yang dibuat oleh Jippensha Ikku. Komik ini bercerita tentang kesialan dua pelancong di Tōkaidō, jalan utama antara Kyoto dan Edo selama periode Edo.
- Ukiyoburo
Ukiyoburo adalah novel karya dari Shikitei Sanba. Novel ini bercerita tentang lelucon sehari-hari di pemandian umum.
- Drama
- Joruri
Joruri merupakan seni drama boneka dari Jepang yang masih bertahan sampai saat ini. Menurut ensiklopedia kodansha (1994:1561), terdiri dari lima genre besar, yakni bugaku (gagaku), nõ, ky õgen, bunraku dan kabuki. Walaupun merek berbeda dalam isinya tetapi mereka terikat oleh keestetikaan satu dengan yang lainnya. Joruri biasanya diiringi drama musik dari shamisen. Pada mulanya hanya cerita untuk didengar, setelah diberi boneka menjadi sandiwara boneka.
Berkat kerjasama antara Takemono Gidayu dan Chikamatsu Monzaemon sebagai penulis skenario terbentuklah drama teater boneka Joruri. Chikamatsu Monzaemon juga sering disebut sebagai Shakespeare-nya Jepang, karena ia menulis naskah drama Joruri dan Kabuki. Ia menulis naskah kabuki sebanyak 40 judul & Joruri 114 judul. Beberapa contoh karya Chikamatsu Monzaemon antara lain:
- Jidaimono
Jidaimono bercerita tentang riwayat pahlawan atau karakter sejarah, dan juga terkadang menampilkan pertarungan samurai yang terkenal. Contoh karyanya adalah: Shussei Kagekiyo & Goban Taiheiki.
- Sewamono
Sewamono bercerita tentang masyarakat, kejadian sesungguhnya dikota dimana orang kota sebagai tokoh utama. Contoh karyanya adalah: Sonezaki Shinjuu & Meido no Hikyaku.
Berikut adalah foto-foto tentang Joruri:
- Kabuki
Kabuki merupakan pertunjukan drama yang diiringi oleh musik dan tari. Kabuki berkembang pesat di Kyoto dan Osaka, lalu berkembang juga di daerah Tokyo dan menjadi pusat kabuki sampai sekarang. Kabuki muncul di kalangan pedagan dan masyarakat biasa pada tahun 1603. Pada mulanya, kabuki adalah pertunjukan tarian oleh seorang wanita yang dipelopori oleh Izumino Okuni. Tarian pertama kabuki banyak dikenal dengan nama Nembutsu Odori lalu mulai populer dengan sebutan Kabuki Odori.
Kabuki diperankan oleh wanita yang sering disebut dengan yujo kabuki atau onna kabuki. Para pelaku kabuki tidak hanya menari, tetapi mereka juga melayani para tamu laki-laki. Dalam praktiknya, kabuki sering mengarah kepada hal yang berbau seksual, lalu pemeran kabuki digantikan oleh pria yang sering disebut wakashu kabuki. Namun sayangnya kabuki kembali dilarang karena terjadi penyimpangan norma sosial yaitu Homoseksual. Pada tahun 1653 kabuki diizinkan kembali dengan syarat bagi para pemeran kabuki harus memotong poninya (Maegami) dan dialog menjadi unsur utama. Lalu nama pemeran kabuki berubah dari wakashu kabuki menjadi yaro kabuki.
Perkembangan Kabuki :
A. Aktor terkenal zaman Genroku .
- Ichikawa Danjuroo (samurai romantis) .
- Sakata Toojuuroo(ttg realitas kehidupan masyarakat).
- Penulisnya Chikamatsu Monzaemon.
B. Pasca Genroku.
- Penulis terkenal: Tsuruya Nanboku .
- Nanboku mahir menulis ttg yang gaib, kekejaman, kepornoan .
- “Tookaidoo Yotsuya Kaidan”(kisah seram di Tookaido Yotsuya) .
C. Akhir Edo
Penulis terkenal:
- Segawa Jookoo.
- Kawatake Shinshichi-> berisi tentang anjuran menjunjung nilai moral dan berlatar belakang kerusakan moral masyarakat zaman Edo akhir.
Lalu ada jenis lakon kabuki terbagi menjadi 5 yaitu:
- jidai kyogen, ceritanya diambil dari jaman Edo atau samurai pendeta pada jaman Kamakura.
- sewa kyogen, isi ceritanya menyangkut kehidupan rakyat pada jaman Edo.
- buyogeki, Tarian yang diiringi melodi gidayu (dalang).
- kabuki juhachiban, Lakon kabuki yang sangat populer.
- shinsaku kabuki. Lakon-lakon yang ditulis setelah jaman Meiji.
3. kayo
Kayo adalah nyanyian rakyat yang terpengaruh oleh pantun. Nyanyian yang ada dikalangan rakyat biasa adalah kumiuta yaitu nyanyian saling sahut menyahut, nagauta nyayian dengan suara nada tinggi rendah, hauta nyanyian yang sambung menyambung, dan shibaiuta nyanyian yang digunakan untuk drama. Nyanyian nyanyian tersebut sering digunakan dalam ningyo joruri.
- Haikai (Puisi)
Ketika memasuki zaman edo, haikai berkembang sangat pesat karena sesuai dengan selera rakyat zaman itu. Haikai aliran teimon, merupakan kumpulan karya murid-murid dari Teitoku. Aliran ini membosankan dan timbullah aliran Danrin. Pembentukan syair dalam aliran ini isinya aneh dan pengungkapannya bersifat sangat bebas sehingga mengalami kemunduran. Kemudian Onitsura mencoba mengembangkan pantun-pantun berbahasa lisan yang sifatnya sederhana.
- Zaman Tenmei
Pengembangan aliran oleh murid Bashoo menyebabkan kematian Haiku. Muncul gerakan Tenmei yg bertujuan membangkitkan haikai ala Bashoo. Penyair Haiku aliran Tenmei adalah Tantaigi (haiku bertema orang), Yokoi Yayuu (menulis Uzuragoromo), dan Yosa Buson (Penyair dan pelukis, Memberikan kesan yang bersifat lukisan kepada orang yang membacanya). Contoh karya zaman tenmei adalah Haiku Yosa Buson.
- Zaman Kaseiki
Haiku mencapai kepopulerannya, banyak dibuat karya haikai tapi menurun secara kualitas. Penyair yg menonjol Kobayashi Issha. Ciri-cirinya adalah :
a. Menggunakan bahasa rakyat & dialek sehari-hari
b. Menggunakan unsur kehidupan sehari-hari
c. Menerbitkan kumpulan Haiku Oragaharu
Contoh karya zaman Kaiseiki adalah Haiku Issha.
- Kelompok lain
- Kokugaku
Kokugaku adalah usaha untuk meneliti segala sesuatu tentang Jepang yang mencakup bahasa dan sastra klasik. Orang yang berhasil membuka kokugaku adalah Kamono Mabuchi.
- Senryuu
Senryuu merupakan bagian awal dari kumpulan haikai yang berdiri sendiri, Tidak harus bicara tentang musim. Banyak berisi tentang kejadian dan manusia, satir tentang masyarakat, status sosial yg tinggi, dan pekerjaan. Pengarang senryu yang terkenal adalah Karai Senryuu karena pilihan pantun awal haikai, Goryooken Arubeshi. Ciri-ciri Senryuu ialah lucu, merakyat, perasaan manusia, tidak berkaitan dengan musim, dan sindiran.
Contoh Senryuu karya Karai Senryuu:
- Pekerjaan
おはなげを Pekerjaannya sekarang hanya
かぞえているが menghitung bulu hidung
つとめなり tuannya
- Kyooka
Ciri khas kyooka mengekspresikan secara bebas dan tidak sopan. Kyoka sangat diminati pada pertengahan Muromachi. Di zaman Edo, berkat pedagang dari Osaka, Kyoka berkembang pesat. Ciri-cirinya lucu, sindiran pada waka, isinya dangkal.
Contoh Kyooka :
- Yamabuki no hana kami bakari kamiire-ni mino hitotsudani nakizo kanashiki (Yomono Akara) . Tak sehelai pun uang dalam dompetku, hanyalah helai-helai bunga Yamabuki, sungguh menyedihkan
- Rakugo
Rakugo merupakan seni bercerita tradisional khas Jepang yang bercerita tentang humor atau lelucon yang dibangun atas dialog dan mempunyai klimaks yang tak terduga. Rakugo biasanya ditampilkan di jalan yang ramai agar perhatian orang-orang tertuju pada penampilan rakugo. Ciri khas dari rakugo adalah penggunaan instrumen musik yang disebut Hamemono.
Perkembangan kesusastraan zaman Edo dipelopori oleh golongan “町人Chounin” yaitu masyarakat kota yang juga berasal dari golongan pedagang atau “商人Shounin”. Sastra semakin berkembang di periode Edo karena kondisi politik, sosial, dan ekonomi masyarakatnya cenderung stabil.
Sastra semakin berkembang di periode Edo karena kondisi politik, sosial, dan ekonomi masyarakatnya cenderung stabil. Lalu pemahaman masyarakat tentang membaca juga meningkat seiring dengan meluasnya pendidikan umum untuk masyarakat ditambah dengan dikembangkannya mesin cetak sehingga masyarakat semakin mudah membaca karya sastra.
Daftar Pustaka
dhiahftr@gmail.com. (2021, April 1). makalah nihon bungaku: pdfcoffee. Retrieved from pdfcoffee Website: https://pdfcoffee.com/makalah-nihon-bungaku-pdf-free.html
Herniwati. (2021, April 1). DIKTAT MATA KULIAH KESUSASTRAAN JEPANG: file.upi.edu. Diambil kembali dari file.upi.edu Web site: http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_JEPANG/197206021996032-HERNIWATI/Diktat_Mata_Kuliah_Sastra_Jepang.pdf
madesp. (2021, April 1). KESUSASTRAAN JEPANG JAMAN PRAMODERN: madesp.lecture.ub.ac.id. Retrieved from madesp.lecture.ub.ac.id Web site: http://madesp.lecture.ub.ac.id/files/2013/05/Jaman-Pramodern.pdf
Memet. (2021, April 1). Kesusasteraan Zaman Edo: blog.umy.ac.id. Diambil kembali dari blog.umy.ac.id Web site: http://blog.umy.ac.id/ahmadkhalid/2016/10/18/kesusasteraan-zaman-edo/
Asoo, Isoji; Sheddy N. Tjandra; Hutabarat, Jonnie Rasmada. (1983). Sejarah kesusastraan Jepang / Isoji Asso ; penterjemah Staf Pengajar Jurusan Asia Timur Seksi Jepang Fakultas Sastra Universitas Indonesia ; penyunting, Sheady N. Tjandra, Jonnie Rasmada Hutabarat. Jakarta :: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press),.